Pages


Total Visitor

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto Saya
Menantimu di batas waktu... :)

Sabtu, 30 Januari 2016

Surat Untuk Masa Depan


Assalamu'alaikum..
Alhamdulillah, akhirnya tiba saatnya. Selamat membaca surat yang ku tulis sejak 6 bulan lalu.
-----------------------
Wahai pemuda 26 tahun, calon ayah terhebat untuk anak-anak yang soleh dan soleha, calon suami terbaik untuk seorang wanita sederhana, calon penunjuk arah menuju Surga untuk keluarga yang sakinah.

Apakah hari ini kau sedang banjir ucapan "Selamat Ulang Tahun", "Happy Birthday", atau "Med Milad" ?
Ataukah kau sedang diberikan (lagi) kejutan tengah malam, lengkap dengan kue khas Ulang Tahun dan kado nya ?

Maafkan aku.. aku tidak bisa memberikan semua itu. Bagiku, ada yang lebih syahdu dibandingkan segalanya. Sebuah hadiah yang tidak bisa dibeli dengan materi, sebuah hadiah yang belum tentu sanggup diberikan orang lain.

Untuk usiamu yang semakin berkurang dan wajahmu yang akan semakin menua. Aku hanya bisa memberikan mu hadiah terindah yang ku miliki. Yaitu segenap WAKTU dan DOA.

Tentang WAKTU....
Kau tau, katanya... jika seseorang memberikan waktu nya kepadamu, berarti dia telah memberikan miliknya yang paling berharga dan tidak dapat dia ambil kembali. Bersama perjalanan kita, disana sudah ada jutaan menit detik waktu ku yang melebur dalam doa, kecemasan, harapan, dan penantian. Mereka terlepas setiap hari dan tak akan pernah kembali. Mereka berlari menuju hatimu, menemani harimu, mewarnai ceritamu. Waktuku sudah mengendap dalam waktumu.

Tentang DOA....
Jangan di tanya, hari ini kau sedang di do'akan banyak orang. Keluarga, sahabat, bahkan fans. Kata mereka, semoga kau begini dan semoga kau begitu. Mereka menyempatkan sekian menit untuk berkirim pesan dalam bentuk do'a. Lalu apalah aku ini... mendo'akan mu sudah tidak asing lagi bagiku. Tak perlu menunggumu Ulang Tahun, sebab jika bertambahnya usia harus identik dengan mendo'akan. Maka aku memilih mendo'akanmu di setiap waktu terbaik dalam hidupku. Tak perlu menunggumu Ulang Tahun, bahkan aku mendoakanmu setiap berjumpa dengan waktu mustajab. Tak perlu menunggumu Ulang Tahun, aku terbiasa mendo'akanmu sebelum mendo'akan diriku sendiri.

Ramadhan. Yaaah, bulan penuh Rahmat dan bertabur keberkahan. Waktu terbaik untuk mendo'akanmu. Aku memilih menulis catatan ini di akhir Ramadhan, berharap kita sama sama masih di berikan umur dan Allah sampaikan surat ini kepadamu 31 januari 2016 yang akan datang, atau sebut saja hari ini. Aku ingin menjadi berbeda, diantara mereka yang mengaku peduli.

Yaah.. hari ini adalah akhir Ramadhan, segala harapku untukmu telah berjuang untuk terbang menembus langit ke tujuh. Aku pun menitipkan segala do'a terindah kepada Allah melalui Ramadhan yg akan segera berlalu, semoga Ramadhan tahun depan, kita dapat menyambutnya bersama dalam keadaan halal. Aamiin

Demikian.. Inilah hadiah terbaik yang bisa ku persembahkan. Sebuah WAKTU dan DOA yang tidak pernah ku berikan pada sembarang orang. Semoga kau saat ini membacanya dalam keadaan yang semakin soleh, semakin terjaga, dan semakin istiqomah.

Jika benar aku adalah tulang rusukmu, percayalah... WAKTU dan DOA ku akan menemanimu HINGGA AKHIR WAKTU :)

Dari Aku, yang hanya akan hadir 1x dalam seumur hidupmu.

Ba'da Ashar, 29 Ramadhan 1436 H.
Read more...
separador

Jumat, 30 Januari 2015

Surat Rahasia



       Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita yang siang malam mendo’akanmu.. Entah harus darimana kujelaskan semuanya, sungguh… untukmu imajinasiku menjadi kaku.. aku tak sanggup berkata banyak. Bukan, bukan karena kau tak layak dibahasakan. Justru karenamu, jutaan kata yang pernah terurai panjang lebar menjadi bisu. Aku tak berdaya melawan ketidaksanggupanku. Di hadapanmu… aku hambar.

            Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita penuh kekurangan yang hilang di antara indah dunia… Sudahkah kau menatapku dengan baik ? Sudahkah kau melihatku dengan jelas ? Bahkan, sudahkah kau memperhatikanku lebih dekat ? Bagaimana bisa kau memilihku ? Bagaimana mungkin aku ? yaaah… inginku bertanya lembut di hadapanmu, ketika tiba masanya kita dipertemukan, dan jika aku sanggup..

            Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku… wanita lemah, dengan iman dan hati yang compang camping.. Bersediakah kelak kau membimbingku, menjadikanku lebih dekat dengan Rabb ku ? menjadikan Syurga lebih dekat dengan kita ? Maukah kau dengan sabar menuntunku, menjadi pendampingmu sepanjang suka  dan duka dunia ? Sanggupkah kau bersamaku ? Bersama segala kurangku, aibku, khilafku, dan keburukan ku ? Yakinkah kau memilihku, di antara bidadari dunia yang jauh lebih menawan dan sholehah ? Bagaimana jika aku tidak seperti yang kau bayangkan ? Akankah kau menyesal ?

            Untukmu yang ku sebut calon imamku, ini aku.. wanita yang akhirnya tak sanggup menahan air mata, ketika surat ini nyaris selesai kutuliskan.. Aku tak tahu, benarkah kita akan bersama sebagai jodoh, sekedar kenal sesaat, atau bahkan hanya singgah di antara beberapa episode hidupmu. Aku pun tak mengerti, mengapa waktu begitu lama membuatmu menemukanku. Namun, jika benar kau memilihku, berjuanglah untuk segera datang….. sebab di matamu, ku melihat ada masa depan ku..



Dari aku, yang menunggumu..
Read more...
separador

Minggu, 02 Februari 2014

Coretan Do'a..


Ya Allah..
Aku seperti sedang bernafas dalam lumpur..
Pengap dan sesak !!!

Mengapa air mataku selalu ingin terjun bebas ketika mengingat semuanya ?? Tentang diriku yang menyedihkan, tentang kebaikannya yang belum sempat ku balas, tentang banyak hal yang belum sempat ku tanyakan, tentang banyak sesuatu yang belum sempat ku beritahukan, tentang amanah yang belum selesai, tentang kata yang tertahan di bibir, tentang mimpi yang ingin ku bagi, aah.. tentang kekurangan yang menghimpit hidup, tentang duka yang menyesakkan, tentang ini.. tentang itu.. tentang kamu.. tentang dia.. tentang mereka.. tentang kalian.. !!!

Aku bisa apa ya Allah ??? Aku harus apa ???
Aku hanya si cengeng yang sangat rapuh dan “hobby” tersesat.. Kau bahkan berkali-kali harus mengirimkan orang-orang luar biasa agar aku  –mengerti-, agar aku dewasa, agar aku kembali pada Mu.. 

Bagaimana aku bisa bahagia di alam kubur & akhirat Mu, sedangkan di dunia saja aku nyaris tidak sanggup dengan cobaan-cobaan “kecil” itu ?

Bagaimana aku mampu menjadi hambaMu yang bertakwa sedangkan bersyukur pun aku belum pandai ?

Bagaimana aku bisa mendapatkan jodoh impianku jika aku masih belum bersungguh-sungguh memperbaiki diri ?

Bagaimana aku bisa menjadi manusia yang lebih baik, sementara untuk bangkit dari satu keterpurukan “kecil” saja rasanya begitu berat ?

Bagaimana aku bisa membuat bidadari di Surga cemburu padaku, sementara akhlak dan keimananku masih seujung kuku ?

Lantas bagaimana Kau akan menolongku, memberiku jalan keluar, menunjukkan ku keajaiban jika ibadahku saja sangatlah “minus” ?

Ya Allah..
Ku mohon tenangkan fikiranku.. dari ingatan-ingatan yang hanya akan mencekik mati mimpi-mimpiku..

Sembuhkan hatiku.. dari luka robek patah remuk akibat tidak pandai menjaganya..

Damaikan jiwaku.. menerima duka, menerima takdir, menerima kenyataan..

Sehatkan ragaku.. untuk menutupi kekurangannya, mengobati kehinaannya dengan akhlak yang mulia..

Sesungguhnya jika bukan Engkau yang menutupi segala aibku.. maka aku tidak lain hanyalah sebuah kotoran yang berjalan dengan angkuhnya di atas bumi Mu ini…
 
Ya Allah..
Selalulah bersamaku..
Hanya Engkau yang Maha Baik..
Hanya Engkau yang Maha Penyayang..
Hanya Engkau yang Maha berkehendak..

Aku berlindung kepadaMu dari hatiku yang mampu memberi nelangsa, juga mampu membagi bahagia..

Hingga kematian itu datang..
Ku mohon izinkan aku menjadi hamba yang berarti dimataMu..

Aamiin ~

Read more...
separador

Minggu, 19 Januari 2014

Maaf, aku tidak sempurna..


Hati, mengapa kau masih berduka.. bukan kah masa itu telah berlalu cukup lama ? Apa yang membuatmu kembali ngilu ? Tak bisakah kau berpura-pura bahagia saja ? Tidak bisakah kau seolah olah tegar saja ? 

Di dalam kedalaman yang tak dapat ku jamah dengan rasa. Aku menemukan bongkahan yang sangat terjal, tajam, dan menikung. Dialah hatiku. Sungguh, aku hanya ingin hatiku sembuh. Sungguh, aku hanya ingin rasa sakit ini berlalu. Aku hanya ingin hembusan nafas ini terasa lega dan tidak seberat hari-hari ini. Aku hanya ingin jiwaku menjadi damai, damai dengan segala kenyataan. Aku sangat ingin dunia Nampak kembali indah seperti dahulu kala. Aku ingin ingatanku tak terluka tiap terkenang beberapa episode. Aku hanya ingin harga diriku terselamatkan. Aku hanya ingin hatiku, dukanya berkurang..

Wahai hatiku yang berlumur penyesalan, tidak ada secuil pun noda yang melekat tanpa seizin Allah. Setiap jengkal yang kau tangisi adalah rencanaNya. Agar engkau belajar, bagaimana itu dunia, seperti apa itu manusia, dan untuk apa kita ada. 

Wahai hatiku yang terkungkung malu, ingatan hanyalah sebuah ingatan. Dia tak akan menjelma jadi nyata setelah berpisah di jurang kenangan. Tidak malu kah engkau mengingat malu ? Tidak sakitkah engkau mengingat sakit ?

Wahai hatiku yang terjatuh lumpuh, tanah yang berdebu hanya berserakan kotoran. Bangunlah dan terbang. Sayap yang patah akan tergantikan oleh kuasa Nya.

Wahai hatiku yang berdarah nanah, maafkan aku.. Semua terjadi karena aku tak sempurna.. 

Aku tidak seindah kedipan mata sang rasionalis..
Aku tak sehalus tutur kata sang peneliti..
Aku tak sebaik hati sang penilai..
Aku tak sesempurna rencana hebat sang inspirator

Hatiku.. bertahanlah.. kuatlah.. tegarlah..

Bila dunia menghina kita, semoga akhirat mau memuliakan kita.. aamiin ~
Read more...
separador

Selasa, 28 Agustus 2012

Ketika Allah Menggoyahkanku..


            Allah mgguncangkan pertahananku. Kini nyaliku menciut dan mental yang ku sangka tangguh mulai melemah. Keadaan menyadarkanku kalau aku sejatinya adalah jiwa yang rapuh sekuat apapun aku bertahan, sehebat apapun aku bersandiwara, dan sekokoh apapun aku menantang hidup. Sungguh, kenyataan ini membuat hatiku memberikan sinyal bahwa dia mulai goyah dan nyaris tidak sanggup.
            Ribuan detik sudah ku jejaki, bermodalkan yakin, kesabaran dan do’a, usaha tuk mewujudkan angan itu pun sudah ku perjuangkan semaksimal mungkin. Seluruh kekuatan bahkan sudah ku kerahkan. Lewat panasnya matahari, debu jalanan, sorotan mata yang tak enak dipandang, sapaan hambar, kebisuan yang abadi, sendi dan otot kaki yang terasa bergeser, membuatku hatiku mulai sesak dan kekenyangan. Akhirnya  Allah benar-benar mengguncangkan pertahananku.
            Tidak.. tidak.. tidak.. siapa lagi yang akan menyemangatiku kalau bukan diriku sendiri ?? Siapa lagi yang akan ku paksa bangkit jika bukan jiwaku sendiri ?? Ini bukan cobaan pertama dalam hidup, meskipun intensitasnya lebih kuat, sekalipun aku bahkan berkata nyaris tidak sanggup, tapi aku masih punya Allah. Lalu apa yang harus ku takutkan dan kusedihkan atas kenyataan yang sudah menjadi takdirNya dan dalam genggamanNya. Sebab ketika Dia berkata “jadilah” maka “Terjadilah” sesuatu itu.. Inilah fase hidup yang sering ku sebut menanti keajaiban.
            Dalam ke-tersesat-an hidup dan ke-linglung-an dunia yang kembali mendera, aku seperti seseorang yang berjalan di tempat antah berantah tanpa arah dan tujuan. Seketika, sesak didada bersama hati yang gundah ini mendengar sesuatu. Yahh, dalam kubangan galau yang akhirnya terungkap ini terdegar sebuah suara. Suara itu sepertinya berasal dari hati kecilku. Dengan lugu seakan tanpa dosa hati itu berbisik pada jiwaku “Kau belum berdoa semaksimal mungkin”... Aku terketuk dan haru.. suara tidak nyata namun sangat jelas itu menguncangkan hatiku, guncangan yang berbeda dan dahsyat.. Aku akhirnya sadar, apa yang ku sebut dengan berjuang belum ku lakukan sepenuhnya. Doaku pada Allah, belumlah maksimal, belumlah yang terbaik. Perlu ditambah dengan segala pelengkap dan ritual tambahan agar, doa itu semakin indah, ikhlas, yakin, mustajab, dan berhasil menembus tujuh lapis langit.
            Alhamdulillah, jiwa galauku kini berpaling menjadi senyuman hangat. Aku berjanji akan melakukan yang belum pernah terjamah oleh do’a dan usaha. Semua demi senyuman kedua orang tuaku. Aku percaya, badai ini akan berlalu, kerumitan ini akan berkhir. Terima kasih Yaa Allah, Guncangan kegelisahan yang kau berikan.. adalah kekuatan baru bagi kerontang jiwaku yang nyaris menyerah..  Allahu Akbar..
          Pernah ku membaca, “Allah mewujudkan impianku, walaupun harapan itu tinggal seiris daun bawang saja”.

            *Di sudut RS.Salewangang-Maros.greenchocolate*
Read more...
separador

Kamis, 16 Agustus 2012

Kebingungan....


Dalam kegaduhan ini aku terperangkap. Di antara sorak sorai kehidupan, suara-suara seakan tanpa dosa itu begitu riuh mengganggu ketenanganku. Aku merasa kesepian di antara keramaian ini. Yang teraba jelas oleh hatiku, hanyalah sebuah rasa berontak yang berusaha tetap tenang. Tenang dalam doa yang masih ku tunggu jawabannya. Tenang dalam pahitnya hari yang semakin tidak bersahabat. Tenang dalam nafas yang sudah semakin berat tuk dihembuskan dengan damai. Susah terdefenisikan, tapi jiwaku yang kerontang karena galau kembali bangkit dan menampakkan wujudnya. Aku bahkan tidak mengerti tentang aku, ketika rasa ini naik ke permukaan. Yang ku rasakan hanyalah aku ingin tetap diam. Diam dalam duniaku yang selalu kesepian, sambil sekedar memandangi wajah wajah bahagia penuh senyum yang memamerkan kebahagiaan jiwanya yang seolah tanpa derita.

Aku selalu saja menjadi aku. Sejak dulu sampai sekarang, diriku masih saja tetap aku. Tak pernah tertarik tuk membahas ada apa, mengapa, bagaimana, untuk apa, sampai kapan dan apa saja. Yang pasti, kesepian dan kedangkalan ini begitu setia menemani. Ketika benar-benar merasa tak sejenis, sepemikiran dan senasib dengan mereka, aku bahagia saat hanya suara bisikan hati yang sedang ku dengar bicara. Aku tak pernah menyesal menjadi aku sekalipun orang-orang kadang ingin memusnahkan dan melenyapkan keberadaan aku, tapi aku merasakan indahnya menjadi aku tanpa harus ada siapapun yang mengerti bahkan betapa beratnya menjadi aku. Menjadi sosok yang tidak ter-aku-i dan ke-aku-annya sendiri sulit didefenisikan.

Mencari arah secara vertical dan horizontal adalah jejak-jejak yang coba aku pahat di atas putaran bumi yang memusingkan ini. Kadang aku harus terjerumus dalam jurang yang begitu dalam, namun tak jarang akan hadir sosok malaikat yang kemudian mengajakku terbang ke atas awan dan mengelilingi langit. Aaah, aku pun masih saja dijatuhkan bahkan hingga nyaris benar-benar “mati”. Aku hidup tanpa tau siapa sahabat dan lawan. Ke-aku-anku yang begitu polos dan “sedikit bodoh bodoh banyak”, selalu saja mengantarkanku mengenal arah yang baru sekalipun pada akhirnya aku harus tersesat dan mencari arah pulang sendirian. Kau tak akan mengerti tentang aku, sebab aku sendiri tidak mengerti masalah “aku” ini.

Ada satu yang pasti, bahwa bersama aku di dalam kesepian abadi ini.. hanya ada Allah yang terasa hidup dan setia menemani………………………………………..
Read more...
separador

Rabu, 01 Agustus 2012

Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

Sungguh… Buku pertama tentang cinta yang membuatku menangis. Buku karya penulis berimajinasi indah tingkat tinggi  –Salim A. Fillah- , Ku dapat dari seorang sahabat yang sekaligus merangkap sebagai saudara. Terlalu peduli dengan hidupku, maka diperkenalkanlah dengan buku tersebut. Buku yang dikemas secara rapi, teduh, dan cukup hebat melepaskan dahagaku tentang ilmu “cinta”. Yahh, mengupas lebar-lebar cakrawala berfikirku untuk logis dan realistis.. mengartikan fitrah mencintai dan dicintai.. Pacaran setelah pernikahan, bukan sebelumnya..

Singkat cerita… itulah aku sekarang, sekalipun merasa sangat menyesal karena terlambat sadar, tapi aku bersyukur, Sebelum aku mati.. aku bisa mengerti.. bahwa implementasi cinta yang di-ridhoi Allah adalah pernikahan, bukan hubungan kamuflase dan berkubang dosa yaitu “pacaran”..

 “PACARAN”.. sungguh frustasi dengan kata itu.. sungguh menyesal pernah merasakannya.. sebab semua yang telah berlalu dan terjadi kini hanyalah sekedar beban, rasa malu, perasaan berdosa, dan kesia-siaan yang menguras hati bila di kenang.. Malu pada Allah.. Malu pada jodoh yang telah dipilihkan Allah.. Malu dan menyesal.. Hanya itulah yang tersirat jika mendengar, mengingat, dan membayangkan kata “pacaran”. Namun 1 yang ku syukuri… meskipun pernah terjerumus, aku masih tidak tersentuh.. sekalipun mata, hati, dan angan anganku sudah berlumur dosa.. Astagfirullah.. T_T

Hanya bisa menangis dan menyesal… masih pantaskah aku untuk suamiku nanti ?? sementara di hatiku pernah lalu lalang sosok lelaki lain.. sementara di imajinasiku pernah berangan-angan masa depan bersama orang lain.. sementara di hatiku pernah menyebut nama orang lain dalam doaku.. aah, tak mau terlalu tenggelam dengan kenyataan yang terlanjur terjadi.. aku percaya Allah yang maha baik merencanaka semua itu dengan jutaan hikmah.. aku pun berjanji, kan menjadi istri yang terbaik buat sosok lelaki pilihan Allah buatku nanti.. Tapi, aku bahkan tidak rela jika calon suamiku di belahan bumi manapun dia berada juga sedang terjerumus dalam kubangan cinta semu.. saling memberikan sisa hati ketika dipersatukan nanti… hikzhikz.. Ingin dia adalah lelaki terbaik, sekalipun aku bukanlah wanita yang terbaik.. #hadeuh..

 Ya Allah.. Kini aku sedang dalam perjuangan menjaga hatiku yang masih tersisa, kepingannya masih banyak, sekalipun masih dalam proses penyembuhan.. tapi aku berharap kau mau memilihku menjadi sosok wanita terhormat yang berharga.. bukankah lebih baik jadi mantan orang jahat daripada mantan orang baik ??? Aku memimpikan bisa bersanding dengan sosok lelaki yang masa penantiannya menjemput jodoh dia isi dengan istiqomah menjaga hati dan keimanan… Tapi pantaskah aku ?? Entahlah.. kembali ingin menangis… Aku menyesal dengan hari kemarin.. Tapi aku bersyukur, Allah masih mengizinkanku tuk berubah..

Wahai Rabb-ku yang maha pembolak balik hati.. Tetapkan hatiku tuk teguh dijalanMu.. Hingga tiba waktu memanggil.. Aku ingin mati dalam keadaan yang baik.. Izinkan aku merasakan.. Nikmatnya pacaran setelah pernikahan.. pacaran yang halal dengan suamiku kelak.. aamiin.. :) 

*Sambil melamun dan sdikit geli menyebut kata ”suamiku”.. hihihi.

*Terinspirasi Tuk Seseorang_ greenchocolate~
Read more...
separador

Followers